Interviews

Wawancara dengan Dick Costolo, CEO Twitter

Awal Oktober ini saya beserta teman saya Haris Mahardiansyah mendapat kesempatan untuk mengunjungi markas Twitter di San Francisco, Amerika Serikat. Bahkan kami diberikan kesempatan untuk mewawancarai langsung CEO Twitter Dick Costolo.

Banyak sekali yang bisa saya ceritakan mengenai apa yang sedang berlangsung di Twitter, dan bagaimana suasana kantor pusat Twitter itu sendiri, yang sangat-sangat membuat saya iri karena begitu bagusnya fasilitas yang mereka sediakan demi kenyamanan kerja karyawan.

Tapi sebelum saya bercerita banyak tentang kantor Twitter dan lain-lain, saya langsung ke tujuan utama perjalanan saya, yaitu untuk berbicara dengan CEO Twitter, Dick Costolo, terutama mengenai rencana Twitter untuk membuka kantor di Indonesia, yang kemungkinkan besar sudah bisa diresmikan pada awal tahun 2015.

Berikut transkrip terjemahan dari wawancara yang saya lakukan dalam bahasa Inggris pada 8 Oktober 2014 di Twitter HQ, San Francisco, Amerika Serikat.

Link Youtube wawancara ini bisa dilihat DISINI

Selfie With Dick Costolo, CEO Twitter

Timothy:

Selamat pagi Dick, terima kasih sudah menyambut kami di kantor anda yang begitu bagus. Tampaknya pegawai-pegawai anda begitu bahagia di kantor ini.

Dick Costolo:

Mereka hanya terlihat bahagia karena ada kamera saja.

Timothy:

Yang pasti mereka tidak bermasalah dengan mencari makan. Makanan di sini begitu banyak dan enak. Benar-benar kantor yang bahagia. Terima kasih sekali lagi sudah mengundang kami ke San Francisco.

Dick Costolo:

Terima kasih juga, senang kalian sudah bersedia datang.

Timothy:

Indonesia memiliki jumlah pengguna Twitter yang sangat besar. Kami menggunakannya seperti yang kami inginkan, entah itu disengaja. Tapi sebagai orang yang telah bersama Twitter dari awal, dan kini menjadi CEO nya, apa makna Twitter bagi anda sendiri

Dick Costolo:

Twitter adalah cara terbaik untuk terhubung dengan dunia. Ini adalah cara terbaik untuk tetap mengikuti perkembangan dunia, dan mengambil bagian di dalamnya. Ada 250 juta penduduk di Indonesia, negara yang sudah sangat digital, sehingga kami ingin setiap penduduk itu bisa aktif di Twitter, karena kami percaya saat anda aktif di Twitter, dan terhubung dengan dunia, pengetahuan anda lebih lengkap dan selalu aktual. Mulai dari kondisi lalu lintas Jakarta, hingga apa yang sedang dibicarakan oleh musisi atau atlet favoritmu, entah itu rencana tampil di televisi, atau rilis gim baru, atau rencana konser.

Timothy:

Jadi anda membuat Twitter untuk suatu tujuan awal, apapun itu. Apakah sebagai pengguna kami sudah menggunakannya dengan benar? Baik pengguna di dunia, terutama di Indonesia.

Dick Costolo:

Pada awalnya, Twitter diciptakan sebagai sebuah layanan yang menampilkan pesan status yang sederhana. Kalau kita mundur dan melihat beberapa tweet pertama, status yang ditulis sangat sederhana, seperti “Berangkat ke New York”, atau “Saya suka hamburger ini”, atau “Saya mau makan siang”, dan tentu saja saat itu hanya dalam media tulisan. Dalam perkembangannya, Twitter menjadi sarana pengguna untuk mengekspresikan ide dan pikiran dalam platform yang jauh lebih kaya. Saat itu terjadi, penghalang dalam komunikasi mulai runtuh. Baik antara rakyat maupun pemerintah. Kondisi ini kemudian mulai mengubah kondisi sosial ekonomi, kondisi geopolitik, seperti yang kita lihat dalam gejolak Timur Tengah di Utara Afrika, revolusi di Tunisia.

Timothy:

Apakah penggunaan seperti ini seluruhnya terjadi secara alami dari para pengguna, atau apakah memang Twitter sudah menawarkan silakan gunakan platform kami untuk hal-hal seperti ini dan itu?

Dick Costolo:

Ini sepenuhnya terjadi secara alami dari para pengguna. Menurut saya, tidak satupun dari kami, baik para pembuat Twitter seperti Jack Dorsey, Ev Williams, dan Biz Stone, atau satupun executive perusahaan saat ini, sengaja atau merencanakan penggunaan yang luar biasa seperti ini. Para pengguna jasa ini mengembangkan penggunaannya secara alami, dan setiap minggu kita melihat cara baru penggunaan Twitter yang mengejutkan kita semua, dan menjadi pembahasan di sini. Tiap beberapa minggu sekali kita berkumpul dan membahas “Twitter pekan ini” tentang cara penggunaan baru Twitter yang kami temukan.

Timothy:

Seperti yang anda katakan, agak mengejutkan melihat ke mana arah penggunaan Twitter. Tapi mengantisipasi hal itu, apakah Twitter siap? Atau sempatkah Twitter mengalami ketakutan ledakan penggunaan akan terlalu berat untuk ditangani servernya?

Dick Costolo:

Iya pada awalnya, di tahun-tahun pertama. Dulu ada sebuah icon bernama “Ikan Paus Gagal” yang muncul saat Twitter tidak bisa beroperasi karena terlalu banyak orang yang mengaksesnya. Butuh pengembangan arsitektur teknologi di tahun 2010 dan 2011 untuk mengembangkan infrastruktur yang mampu menopang pelayanan sepopuler apapun itu. Pada Piala Dunia tahun ini kita telah bersiap untuk lonjakan penggunaan, dan ternyata pada puncaknya penggunaan Twitter jauh melampaui perkiraan kami, tapi server dan infrastrukturnya tetap bertahan dan berjalan baik karena telah kami perbaiki.

Timothy:

Jadi sekarang kalian siap untuk apapun juga?

Dick Costolo:

Kami rasa kami siap menghadapi situasi sebesar apapun.

Timothy:

Mengenai Indonesia, anda akan segera membuka kantor disana. Banyak yang bertanya, Jakarta adalah “ibukota” para pengguna Twitter. Kami begitu aktif, begitu banyak hal yang bisa di tweet. Kenapa baru sekarang terpikir membuka kantor di Jakarta?

Dick Costolo:

Saat kami memasuki sebuah pasar, biasanya kami diwakili sejumlah orang yang menangani media ataupun satu atau dua karyawan sales, lalu perlahan membangun pasar. Tapi saat kami memasuki Indonesia, kita langsung awali dengan investasi yang besar. Jadi anda tidak hanya akan melihat satu atau dua petugas media, maupun satu atau dua petugas sales, tapi kita akan merekrut tim komunikasi, media, pengembangan usaha, tim marketing rekanan, dan tim sales. Jadi saat kami melakukan investasi di Indonesia kami akan benar-benar mengerahkan upaya yang besar untuk membawa konten terbaik dari sejumlah rekanan dan pasar di Indonesia ke Twitter. Di markas kamipun kami terus mengembangkan aplikasi android dan telepon selular biasa kami jauh lebih cepat dan lebih responsif, agar aplikasi tetap berjalan dengan ringan meskipun anda berada di area dengan sinyal yang buruk.

Timothy:

Dengan masuknya Twitter di Indonesia, apakah akan ada perubahan yang dirasakan para pengguna?

Dick Costolo:

Akan lebih cepat, dan lebih responsif saat mengunduh sesuatu

Timothy:

Jadi siapa yang menjadi target anda di Indonesia? Hanya para pengguna? Karena ada potensi besar juga di pasar Indonesia.

Dick Costolo:

Utamanya pengguna dan rekanan. Mulai dari jaringan Televisi. Twitter adalah teman terbaik bagi tayangan apapun yang sedang anda saksikan. Inilah tempat membahas apapun yang sedang terjadi di dalam televisi. Inilah rekanan utama yang ingin kami capai. Selain itu, tentunya 250 juta penduduk Indonesia yang kami yakin akan dapat terlayani dengan lebih baik apabila mereka menggunakan platform Twitter.

Timothy:

Apakah anda tidak khawatir dengan kondisi politik di Indonesia? Meskipun bukan sesuatu yang buruk, tapi kita belum tahu ke depannya. Menteri kami juga pernah melempar ide untuk menutup akses Twitter, tidakkah ini mengkhawatirkan anda?

Dick Costolo:

Satu hal yang kami lihat adalah presiden terpilih Jokowi sangat aktif di Twitter. Ia menggunakan Twitter untuk berinteraksi dengan para pemilih di Indonesia. Saya bahkan sangat bersemangat membayangkan pasca inagurasinya pada tanggal 20 Oktober ini, ia akan semakin aktif berinteraksi dan berkomunikasi secara langsung dengan rakyat. Ini adalah salah satu hal yang menakjubkan tentang Twitter. Tentu saja dari waktu ke waktu di setiap negara di dunia ada politisi yang bertanya tentang Twitter, dan bagaimana menggunakannya. Tentu saja kami sangat terbuka untuk menjawab pertanyaan mereka.

Timothy:

Secara bisnis Twitter menghasilkan uang, dan investasi terus mengalir. Tapi di sisi lain, Twitter juga menghabiskan dana untuk investasi teknologi baru, tidakkah ini melukai pendapatan Twitter? Atau memang ada rencana besar dibaliknya?

Dick Costolo:

Seperti yang pernah saya sebutkan beberapa kali dalam laporan keuangan perempat tahun kami, tidak ada hal structural dari bisnis ini yang menghalangi kami mencapai margin keuntungan yang dicapai oleh perusahaan lain di industri ini. Jadi kami sangat puas dengan pertumbuhan kami dalam bisnis ini. Saya sangat puas dengan pertumbuhan margin secara keuangan, dan kami juga melihat adanya kemajuan yang stabil dalam pertumbuhan margin ini dalam satu tahun belakangan sejak kami menjual saham. Jadi saya sangat puas dengan kondisi ini.

Timothy:

Saya yakin anda sudah sering ditanya tentang hal ini, tapi memang banyak yang ingin tahu tentang batasan 140 karakter. Anda pernah mengatakan bahwa 140 karakter ini sangat penting bagi Twitter. Memangnya apa buruknya andai twitter menambahnya menjadi, katakana saja, 150 karakter?

Dick Costolo:

Bagi saya, fokusnya sekarang adalah bagaimana menambahi media pengaya konten ke dalam platform. Bukan tentang batasan karakter yang ingin kita tangani saat berhadapan dengan ekspresi diri, tetapi menyediakan sarana penampil foto, atau video yang lebih baik. Lalu memberi ruang bagi pengguna untuk memulai pembicaraan secara publik di Twitter, lalu melanjutkannya menjadi komunikasi pribadi. Jadi kami terus meningkatkan kemampuan “Direct Messaging” kami agar pengguna bisa berbagi dan membicarakan twit publik di ruang pribadi. Jadi nantikan sejumlah pengumuman kemampuan baru dalam fitur “Direct Messaging” dari kami dalam jangka pendek.

Timothy:

Jadi 140 karakter bukan lagi keterbatasan di Twitter?

Dick Costolo:

Ada foto, ada video, ada perbincangan dan lainnya, semua tersedia melalui jalur pribadi.

Timothy:

Saya sebelumnya sudah membuka kesempatan melalui Twitter bagi para followers @KompasTV untuk bertanya langsung kepada anda, Dick Costolo. Saya tidak akan tunjukkan tweet mereka, bukan karena tidak boleh, tapi anda tidak akan mengerti bahasanya. Jadi akan saya terjemahkan. Pertanyaan pertama: Pengguna twitter ini mengaku sudah lama menggunakan Twitter, dan kini iklannya bertambah. Apakah ini mengkhawatirkan anda? Saat para pengguna merasa kurang nyaman akibat keberadaan iklan di linimasa mereka?

Dick Costolo:

Cara kami membangun platform iklannya adalah dengan hanya menunjukkan iklan yang selama ini menarik minat sang pengguna itu sendiri, dengan cara berinteraksi dengan iklan tersebut. Jadi iklan yang kami tampilkan pun adalah iklan terbaik dengan konten paling relevan bagi pengguna tersebut. Jumlah iklan yang kami tampilkan per pengguna juga sebenarnya masih sangat-sangat rendah, jauh lebih rendah dari para kompetitor kami.

Timothy:

Pertanyaan ke-2. Mengenai kebebasan berbicara, apakah anda bersedia bekerjasama dengan pemerintah suatu negara mengenai sensor konten?

Dick Costolo:

Sangat jelas bahwa kami tunduk pada undang-undang di setiap negara yang kami masuki. Saya pikir sangat penting bagi kami sebagai sebuah perusahaan, meskipun kami punya nilai-nilai dalam perusahaan, kami juga sadar bahwa kami harus tunduk pada undang-undang dan norma budaya di negara tempat kami beroperasi. Jadi kami selalu bekerjasama dengan pemerintah dan masyarakat, untuk memastikan bahwa operasi kami sejalan dengan undang-undang dan norma yang berlaku disana.

Timothy:

Apa syaratnya agar saya bisa bergabung di perusahaan anda.

Dick Costolo:

Tergantung dari posisinya. Bagi para teknisi, kami punya proses rekrut yang sangat ketat, teknisi piranti lunak yang kami rekrut harus melalui serangkaian wawancara yang sulit. Saya seorang teknisi piranti lunak juga, dan saat melaluinya beberapa tahun lalu, saya sendiri merasa wawancaranya sangat sulit. Jadi bagi tim sales, kami inginkan orang-orang yang mampu berinteraksi dan mengerti pasar, maupun bisnis pelanggan, dan bukan hanya memaksa penjualan iklan Twitter saja, tapi menciptakan rekanan dengan perusahaan itu.

Timothy:

Bisa saya katakan, menjadi pintar saja tidak cukup untuk bergabung di Twitter?

Dick Costolo:

Pintar saja tidak cukup. Ini tentang kemampuan dan skill, dan seperti apakah kepribadian anda.

Timothy:

Terima kasih banyak atas waktu anda Dick Costolo

Leave a comment