Interviews

Part II – Bisnis dan Tragedi. Wawancara dengan Tony Fernandes.

IMG_6517

Tony berfoto bersama stafnya di sela acara konferensi pers di Jakarta

Kelanjutan dari artikel sebelumnya “Part I – Bisnis dan Tragedi. Wawancara dengan Tony Fernandes.

Di bagian ke-2 ini Tony bercerita tentang bagaimana tragedi QA8501 mengubah AirAsia dan mengubah dirinya. Tony juga menyatakan bahwa pemerintah sudah terlalu banyak menerapkan regulasi, dan seharusnya fokus untuk menguranginya. Tony juga berbagi pengalaman tentang bagaimana mencapai target impian, seperti yang ia lakukan pada AirAsia 13 tahun yang lalu.

Berikut kelanjutan wawancara dengan CEO Grup AirAsia, Tony Fernandes.


Timothy:

Bagaimana peristiwa itu telah mengubah AirAsia?

Tony:

Menurut saya peristiwa itu tidak banyak mengubah kami secara drastis, karena pada dasarnya kami memang secara terus-menerus mencoba memperbaiki diri untuk menjadi yang terbaik.

Tetapi hal itu mengubah saya. Saya sebenarnya sedang dalam proses pensiun, dan berencana hanya mau nonton sepakbola, dimana saya terbukti tidak terlalu hebat. Namun saya merasa, ini sebuah panggilan bagi saya pribadi bahwa tugas saya belum boleh berakhir. Saya harus bertanggung-jawab pada staff saya, dan kepada para penumpang penerbangan itu. Jadi saya menjual sejumlah bisnis lain dan fokus pada AirAsia.

Timothy:

Kembali tentang Indonesia, saya ingat waktu terakhir kali mewawancarai anda di Bali sekitar 2 tahun lalu. Anda katakan bahwa salah satu destinasi kebanggaan anda adalah dari Malaysia ke Bandung.

Tony:

Benar. Lihat, saya langsung tersenyum saat anda mengungkitnya.

Timothy:

Salah satu alasan adalah karena anda merasa punya andil dalam membangun perekonomian kota Bandung.

Tony:

Benar. Saat saya meninggal nanti, menurut saya seseorang seharusnya mendirikan sebuah patung diri saya di Bandung hahaha….. Tidak usah besar-besar.

Timothy:

Agak susah untuk membuatnya kecil.

Tony:

Karena saat kita mulai terbang ke Bandung, bandaranya hanyalah sebuah ruangan kecil. Tapi sekarang Bandung sudah punya bandara yang sangat besar. Saya tidak sering berbangga atas banyak hal, tapi kali ini saya akan berbangga akan hal itu. AirAsia-lah yang membuat bandara Bandung besar.

Timothy:

Tapi sekarang anda punya masalah. Saya langsung ke bagian yang tidak enaknya. Yang mungkin akan mencabut senyum anda. Rute Surabaya-Singapura, apa rencana anda atas itu?

Tony:

Kami tentu ingin membukanya kembali. Tapi terakhir saya dengar, kita masih menunggu surat-surat kematian untuk dikeluarkan, dan itu seharusnya menjadi alasan terakhir untuk pembekuan rute ini. Tidak ada alasan lagi sebenarnya untuk tidak membuka rute itu. Tapi saya tidak tahu pasti. Anda harus tanya pada Sunu dan Kementerian terkait tentang ini. Saya sendiri tidak melihat alasan kenapa kami belum diizinkan terbang di rute itu.

Timothy:

Satu hal yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah menetapkan regulasi dan standar yang berlaku di Indonesia.

Tony:

Menurut saya sudah terlalu banyak regulasi.

Timothy:

Terlalu banyak regulasi?

Tony:

Benar, terlalu banyak regulasi. Tentu kita butuh regulasi untuk mengatur jalannya bisnis, tetapi menurut saya, pemerintah, dan dalam hal ini bukan pemerintah Indonesia saja, menurut saya, andaikan saya jadi menteri maka saya akan bertanya bagaimana saya bisa membantu industri anda? Bagaimana saya bisa membantu anda bertumbuh? Bukan terus menerus mencari masalah dan memusingkan pelaku industri. Tentu saja kita butuh kontrol agar tidak anarkis. Kita butuh peraturan dan standar, tapi pikirkan juga bagaimana kita bisa membuatnya lebih baik.

Menurut saya pemerintah seharusnya memfasilitasi bisnis, bukan malah mempersulitnya.

Timothy:

Dalam bisnis anda, dalam bentuk apa pemerintah bisa memfasilitasi anda?

Tony:

Saya rasa dengan mengurangi regulasi, membuka pasar bebas, memperbolehkan maskapai bebas menentukan harga tiket. Menurut saya harusnya ada 2 jenis bandara, yaitu bandara berbiaya rendah dan bandara dengan pelayanan penuh. Menurut saya seharusnya ada aturan harga yang berbeda, sehingga kalau maskapai seperti Lion atau AirAsia mau membuka rute baru yang belum terlayani, justru didukung oleh pemerintah agar memancing perjalanan baru.

Saya bermimpi ingin menciptakan kegiatan berpergian jadi mudah. Saya tidak habis pikir mengapa kita tidak menerapkan satu visa untuk ASEAN. Kita berbatasan dengan dua negara terbesar di dunia, India dan Tiongkok. Namun warga India dan warga Tiongkok ini butuh 10 visa untuk keliling ASEAN.

Menurut saya kita harus membuat perjalanan jadi mudah. Kurangi formulir, kita hidup di era digital, saat seorang penumpang memasuki Indonesia, kita bisa langsung tahu segalanya tentang dia karena datanya tersimpan secara elektronik. Mengapa dia masih harus mengisi formulir?

Timothy:

Periksa saja laman Facebooknya.

Tony:

Tepat sekali. Mengapa kita perlu visa yang tidak bisa dikeluarkan secara elektronik? Buatlah perjalanan jadi mudah. Dengan begitu mari kita fokus untuk menciptakan lebih banyak lapangan kerja di Indonesia. Mari kita ciptakan lebih banyak lagi Bandung. Menurut saya ASEAN bisa jadi fasilitator yang baik untuk ini.

Timothy:

Tapi akankah ini berpihak pada penumpang? Saat pemerintah tidak lagi menetapkan harga tertinggi, akankah penumpang dipaksa membayar harga yang tidak masuk akal?

Tony:

Menurut saya seharusnya tidak ada batasan atas ataupun batasan bawah. Pada akhirnya konsumen kan bisa menentukan sendiri yang mana yang ingin mereka beli. Kalau saya menjual tiket Jakarta-Medan seharga US$500 tidak mungkin ada yang mau beli.

Timothy:

Saya tidak akan beli.

Tony:

Nah, itu maksud saya. Jadi biarlah pasar menentukan sendiri berapa harga yang mau mereka bayar.

Timothy:

Rencana untuk AirAsia, kalian kini menargetkan 1 Milyar penumpang.

Tony:

Saya baru bicara di Kompas TV saja, belum mengumumkan. Tapi 1 Milyar terdengar bagus. Setelah 300 juta, maka 500 juta akan jadi target selanjutnya, dan tentu saja 1 Milyar berikutnya. Tidak ada yang tertarik dengan 600 juta atau 700 juta. Langsung saja ke 1 Milyar. Saya tahu tidak mudah. Seperti pernikahan, yang bisa merayakan ulang tahun emas, atau platinum di 50 dan 60 tahun, tapi buat saya, kalau anda berhasil lampaui 10 tahun pun itu sudah bagus. Apapun setelah itu hanyalah bonus hahaha…

Timothy:

Jadi apa target anda setelah ini? Setelah penumpang ke 300 juta?

Tony:

500 juta mungkin. Tapi saya tidak pernah mematok target dengan cara itu. Seperti yang kita lakukan dalam kerjasama dengan PBMT hari ini, itu luar biasa. Harapannya untuk menciptakan lebih banyak lagi Tony Fernandes. Dengan fasilitas pembiayaan micro, menggunakan jaringan kami untuk menciptakan lebih banyak lagi pengusaha.

Timothy:

Maksud anda menciptakan pengusaha seperti Tony Fernandes yang selalu mengambil resiko yang terlalu besar?

Tony:

Ya mungkin itu terdengar menyeramkan bagi sebagian orang.

Timothy:

Tapi itu salah satu target anda, menciptakan lebih banyak pengusaha dengan kerjasama dengan pihak lain di Indonesia.

Tony:

Apa yang lebih memuaskan buat saya? Mencapai 5 Milyar penumpang? Atau menggunakan jaringan yang saya miliki untuk menciptakan 5 bisnis besar di Jogja? Buat saya, tentu saja membuat 5 bisnis besar di Jogja.

Kalau kita bisa membantu orang-orang membuka usaha, menjual produk mereka di internet, di pesawat, menginspirasi mereka, dan membantu mengajar mereka bagaimana caranya membangun usaha, itu lebih berharga buat saya daripada mencapai 5 Milyar penumpang. Ok, kita berhasil mencapainya, hebat. Tapi ini menakjubkan. Tidak ada yang bisa mengambil kebanggaan kami akan Bandung. Tidak ada yang bisa mengambil kebanggaan kami saat menciptakan seorang pengusaha kecil jadi proyek besar di Jogja. Saya membaca tentang sang pengrajin perak kecil asal Jogja di suatu majalah. Saya sendiri tidak mengetahui adanya proyek itu, tapi takjub saat mengetahuinya. Staff saya langsung mengajak untuk ke Jogja dan kita langsung berangkat. Jadi buat saya, punya target itu baik. Tetapi membuat orang bahagia, baik itu orang di dalam perusahaan saya, menciptakan karir, memberi kesempatan kerja yang lebih baik, itu jauh lebih seksi bagi saya. Kemarin saya terbang dari Bangkok ke Jakarta. Saya kehabisan pakaian, sehingga kurang rapi.

Timothy:

Biasanya anda pakai topi

Tony:

Ya, kemarin itu saya tidak pakai. Dan tiba-tiba ada seseorang yang mengenali saya. Seketika jadi rusuh, semua mau berfoto. Kemudian saya mulai ngobrol dengan mereka. Ternyata 70% sampai 80% penumpang di pesawat itu belum pernah ke Bangkok sebelumnya.

Mereka mengatakan “Kami suka sekali dengan AirAsia karena memungkinkan kami datang ke negara-negara yang tidak pernah kami duga sebelumnya. Kalian membuka dunia bagi kami”. Buat saya, kata-kata itu menyembuhkan rasa sakit yang berlangsung tahun lalu.

Hal itu jauh lebih berharga daripada pencapaian 300 juta penumpang. Tentu ada hari dimana orang-orang yang penerbangannya tertunda 8 jam dan seperti mulai ingin membunuh saya. Tapi secara umum orang senang terbang dengan AirAsia dan menyenangkan sekali melihatnya.

Timothy:

Baik. Jadi tujuan baru anda, adalah menciptakan pengusaha baru.

Tony:

Ya, kami melakukannya melalui Yayasan AirAsia, dan teman-teman PBMT yang begitu bersemangat dalam bekerja.

Timothy:

Saya menduga ada banyak calon pengusaha yang melihat keatas dan menunjuk bahwa mereka ingin menjadi sukses seperti Tony Fernandes. Apa nasihat anda pada mereka?

Tony:

Pertama, jangan dengarkan orang lain.

Timothy:

Tony Fernandes sekalipun?

Tony:

Tentu saja. Anda harus ikuti hati anda. Boleh saja anda mendengar masukan, tetapi pada akhirnya anda harus tentukan sendiri. Karena kalau mereka punya segala solusinya, maka seharusnya mereka sudah jadi pengusaha besar. Anda harus bermimpi, karena yang anda lihat disini adalah hasi mimpi. Saya berasal dari industri musik, menjual album Kris Dayanti dan musik dangdut. Tapi sekarang, saya ada disini diwawancarai oleh Kompas TV.

Timothy:

Sejujurnya saya mau wawancara Kris Dayanti, tapi sayangnya dia tidak punya waktu hari ini.

Tony:

Selanjutnya, selalu berpikir dan bersikap positif, dan jangan takut akan kegagalan. Andaikan dulu saya berpikir untuk tidak membangun AirAsia karena takut gagal, maka ini tidak akan pernah terjadi. Tapi akhirnya saya memutuskan untuk melakukannya dengan resiko gagal.

Saya tidak ingin duduk di usia 75 tahun dan menyesal karena tidak pernah memulainya.

Timothy:

Banyak orang yang sudah mengerjakan apa yang mereka cintai, karena nasihatnya selalu begitu. Tapi saat berhadapan dengan pembukuan, personalia, administrasi, dan membangunnya menjadi sebuah bisnis, mereka justru gagal. Apa nasihat anda tentang ini?

Tony:

Ini pertanyaan yang benar-benar bagus. Pertama, kelilingi diri anda dengan orang-orang terbaik. Tony Fernandes tidak mungkin tahu segalanya, untuk itu saya punya staff yang mengisi kekosongan ini. Ini bukan pertunjukan dengan bintang tunggal, maka anda harus kelilingi diri anda dengan orang-orang yang bagus. Kedua, masalah terbesar bisnis saat ini adalah tidak cukup fokus pada marketing. Banyak hal yang mengalihkan perhatian di luar sana, sehingga untuk membuat produk anda menonjol maka anda harus membuatnya benar-benar bagus. Seperti Televisi Berita, ada banyak kompetitor. Apa alasan seseorang untuk memilih Kompas TV dan buka Berita Satu, CNN, atau Bloomberg? Maka kalian harus melakukan marketing pada produk. Tentu saja, pastikan anda punya produk yang benar-benar baik. Kompas TV bisa saja menjadi marketing terbaik di dunia, tapi kalau muatan berita kalian jelek maka tidak ada yang mau nonton. Jadi kualitas produk sangat penting, tapi begitu anda yakin punya produk yang baik, maka anda harus mulai mempromosikannya. Agar orang mengenalnya.

Timothy:

Dimengerti.

Tony:

Kuliah Marketing saya di Kompas TV hahaha…

Timothy:

Selalu menyenangkan berbincang dengan anda, sampai jumpa di acara penumpang ke 500 juta.

Tony:

Semoga Audrey belum memecat saya.

Timothy:

Saya akan coba urus hal itu. Terima kasih, Tony.

Tony:

Sampai jumpa lagi.

IMG_6521

Thanks Audrey Petriny for helping to make this interview happen.

Leave a comment